Mowo Purwito alias Muhammad yusuf Muttaqin merupakan Muallaf yang Kristolog, Mantan Pendeta dan dosen Al kitab. Awalnya, beliau mengaku tidak begitu mengenal Islam meskipun pernah mempelajarinya. “Di bangku kuliah dulu saya pernah belajar Islamologi (ilmu tentang islam). Namun, saya tidak begitu tertarik untuk mendalaminya” tutur dosen fenomologi (fenomena agama). Perkenalannya dengan islam karena ketidaksengajaan.
Saat itu, ia harus menggantikan dosen islamologi yang telah meninggal dunia. Setelah satu semester berlalu, Mowo membuat laporan hasil perkuliahan beserta nilai ujian mahasiswa. “Saya merasa lega, saya mengira setelah ini tidak lagi mengajar islamologi. Pasti bakal ada dosen baru yang akan menggantikan dosen terdahulu. Begitu pikir saya” ucapnya. Namun dugaannya salah. Rektor malah memintanya terus mengajar. Selama itu, Mowo merasa islamologi agak membosankan. Mata kuliah ini hanya membahas sejarah islam dan aliran-aliran didalamnya. “Seandainya membahas islam dari konsep ketuhanannya mungkin lebih menantang dan menarik untuk dibandingkan,” ucapnya bercerita. Ternyata, sang rektor mengizinkan.
Kemudian, ia mencari literatur tentang islam di beberapa toko buku. Ia berfikir biasanya buku pelajaran agama SD sampai dengan SMU memiliki standart yang baku. Ternyata ia salah lalu mencari pusat buku bekasa di Jalan Majapahit Malang. Dari sinilah mulai menemukan sebuah buku kecil tentang “Asmaul Husnah”. Ternyata buku ini membuatnya bimbang. Konsep ketuhanan dalam Islam mematahkan konsep teologi yang Mowo yakini selama ini. Salah satu sifat Allah adalah “Mukholafatul lil hawadist” yang artinya mustahil bagi Allah menyerupai makhluk-makhluk Nya. Selama ini saya memahami Tuhan memahami tuhan itu melakukan reinkarnasi menjadi manusia di dunia untuk menolong dan menebus dosa anak cucu Adam, jelas Mowo.
Allah juga memiliki sifat “Qiyamuhu bi nafsihi” yang artinya Allah berdiri sendiri dan tidak bergantung pada selain Nya. Jadi tuhan tidak perlu repot-repot turun ke bumi hanya untuk mengampuni dosa turunan Nabi Adam. Allah Maha Kuasa dan Maha Pengampun, cukuplah dengan berfirman “Kun fayakun”.
Tidak cukup di situ kegelisahan Mowo, kemudian ia menjelajahi internet. Di sini banyak ditemui penjelasan yang lebih mendalam. Konsep Islam membuatnya berfikir lebih keras lagi. Pada tanggal 16 September 2006, Mowo mengucapkan dua kalimat syahadat. Konsekuensinya dia harus keluar dari lingkungan kampus yang selama ini ia tempati. Atas saran dari beberapa tokoh islam di Malang, ia pindah ke kota lain untuk memulai hidup baru. Mawo berkata “Alhamdulillah istri dan ketiga anak saya juga masuk islam, walaupun mereka sempat menentang”.
Saat ini Mowo banyak beraktifitas sebagai pengajar dan dosen tamu di beberapa Perguruan tinggi Islam. Serta juga sering jadi pembicara di beberapa diskusi keislaman dan perbandingan agama. Di satu sisi Mowo mengaku bahagia setelah memeluk Islam. Kini Mowo aktif mengambangkan program pembekalan bagi para dai, khususnya di daerah pedalaman yang rawan pendangkalan akidah. Bagi Mowo, dakwah bukanlah hal yang asing. Sebab, ia terbiasa menjalankan “cristian revival” (semacam program dakwah) diberbagai negara. Dia bercerita, “saat itu saya mendatangi orang-orang Kristen yang sudah lama tidak ke gereja untuk mengajak kembali. Namun yang saya dapat malah hinaan dan sikap sinis. Mereka mengomong, jangan bicara Yesus di rumahku. Aku tidak membutuhkannya lagi.”
Tak heran jika saat ini Mowo bersemangat dalam misi dakwah. Dia melihat program umat islam lebih banyak porsi perbaikan fisik saja, misalkan renovasi masjid. Porsi dakwahnya kurang. Dia mengungkapkan dalam Nasrani program misi dakwahnya lebih besar porsinya. Sebagian besar dana dialokasikan untuk menyokong para misionaris, mulai dari kebutuhan pribadi, keluarga hingga pembekalan.
Dari sekilas cerita diatas, bagai manakah dengan keimanan kita yang seorang “turis” (turunan islam). Mari kita pupuk dan meningkatkan keimanan pada Allah. Manusi adalah kholifah di muka bumi ini. Untuk itu marilah kita dukung misi dakwah umat Islam, dengan menggerakkan umat agar memakmurkan masjid. Agar mereka shalat berjamaah dimasjid dan memakmurkan masjid dengan mengkaji Al-Quran dan Al-Hadist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar