Kamis, 05 November 2009

Di dalam "tubuh yang kuat" terdapat "jiwa yang sehat"

Dalam era globalisasi saat ini, masyarakat kita saat ini selalu mendengungkan selogan “MENSANA IN CORPORE SANO” guna memperbaiki kualitas sumber daya manusia. “Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”, begitulah kurang lebih arti semboyan di atas. “BOHONG”, semboyan di atas adalah kebohongan besar yang dihembuskan sebagai usaha  pendangkalan ahlak dan akidah oleh orang kafir dan orang munafik. 

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”  (Surat 2. AL BAQARAH - Ayat 10)


 Logikanya begini apa hubungan antara kekuatan/kesehatan tubuh yang diperoleh dari olahraga dengan jiwa, jawabannya adalah tidak ada hubungan sama sekali. Mohon maaf olahraga hanya membuat tubuh berkeringat dan sedikit terasa bugar secara sementara dan tidak membuat sehat. Lihat saja banyak atlet lokal maupun internasional yang tiap hari berolah raga namun kelakuan dan kepribadian mereka rusak dan bejat. Pada masa tua banyak yang sakit akut ataupun ada atlit yang jadi gila, salah satunya atlet pendaki gunung.  

Di Indonesia ada fenomena baru, setiap hari jum’at diadakan senam pagi di setiap BUMN ataupun instansi yang lain. Dengan dalih supaya pegawai sehat sehingga memperbaiki kualitas sumber daya manusia. Coba anda lihat acara tersebut selalu dipimpin oleh instruktur yang memakai pakaian yang ketat dengan mengumbar aurat wanita. Ditambah lagi dengan goyangan pinggul yang menimbulkan birahi bagi yang melihatnya. 
“Astaghfirullah”, bagaimana mungkin orang yang selalu melihat kemaksiatan dapat memiliki jiwa yang kuat. Sebagai umat islam seharusnya kita mencontoh pada Nabi Muhammad SAW, bagai mana cara beliau agar memiliki jiwa yang kuat. Coba kita perhatikan hadist dibawah ini:



“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah Hati.'" (HR. Bukhori)



Hubungan antara Hati, Otak dan Akal. Hati adalah tempat bersemayamnya akal dan rumah ruh. Akal adalah alat untuk memahami dan mangetahui baik-buruk dan benar-salah. Sedangkan otak adalah penyampai data kepada akal. Dengan demikian, yang bisa memahami dalil-dalil syariát adalah akal. Oleh karena itu kita sebagai seorang muslim seharusnya selalu memelihara hati dengan cara; selalu beribadah pada allah dan terus menimbah atau belajar ilmu dinul islam (Tholibul Ilmi) sehingga nutrisi keimanan akan selalu menjaga hati yang sehat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...