Rabu, 16 Juni 2010

Cermin teladan, Tangisan Isam bin Yusuf

Di kisahkan, ada seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, sangat warak dan khusuk shalatnya. Namun demikian dia selalu kawatir jangan-jangan ibadahnya kurang khusuk dan selalu bertanya kepada orang diangapnya lebih baik ibadahnya demi untuk memperbaikai dirinya yang selalu dirasanya kurang khusuk tadi. 

Pada suatu hari Isam menghadiri majelis taklim seorang abid bernama Hatim Al-Asam dan bertanya  pada beliau: " Wahai Aba Abudurrahman (nama gelar Hatim), bagaimanakah caranya tuan sahalat?' Berkata Haim: "Apabila masuk waktu shalat, aku berwudlu zahir dan batin. Bertanya Isam: "Bagaimana  Wudlu batin itu ? " Berkata Hatim, " Wudlu zahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudlu dengan air. 

Sedangkan wudlu batin ialah membasuh anggota tubuh dengan tujuh perkara, antara lain: Bertaubat, menyesali akan dosa yang telah dilakukan. Tidak tergila-gila dengan dunia. tidak mencari atau mengharapkan pujian dari manusia. Meniggalkan sifat berkhianat dan menipu, meniggalkan sifat dengki. Setelah itu Hatim berkata: "Kemudian akau pergi ke Masjid, ku kemas semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berdiri dibelakangku. Serta kubayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri diatas titian shiratal Mustaqim dan aku menganggap bahwa shalatku kali ini merupakan shalat terakhir bagiku karena aku merasa akan mati selepas shalat ini. Kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik. Setiap bacaan dan do'a dalam shalat kufahami maknanya, kemudian aku rukuk dan sujud dengan tawaddu. Aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. 

Beginilah aku shalat selama 30tahun. Isam mendengar pernyataan Hatim dan menangislah Isam karena membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...