Jumat, 07 Mei 2010

Keberagaman dalam tubuh umat Islam bukanlah perpecahan

Terasa sangat menyenangkan jika keberagaman jamaah dan kelompok dalam tubuh umat Islam adalah keberagaman seperti gambaran DR. Shalah Shawi dam bukunya, ats tsawabit wal Mutaghyarat. Keberagaman yang yang mengarah pada spesialisasi dan fokus pekerjaan dari setumpuk pekerjaan iqomatuddin, menegakkan dienullah. Beragam baju dan pekerjaan namun satu visi dan tujuan. Keberagaman yang layak disebut fase realistis dari terbentuknya kesatuan kaum muslimin. Mohon maaf, aliran sesat dan bid'ah tidak masuk dalam konteks pembicaraan.

Namun realitasnya tidak akan berdusta. Hari ini, tersiratr kesan bahwa kelompok-kelompok umat Isalam telihat mulai sedikit berlebihan dalm mengidentifikasikan diri. Masing-masing merasa sebagai kelompok yang paling benar jalannya dalam meraih misi utama penegakan Islam. Adanya aroma kebanggan " Kullu hizbin bima ladaihim farihun" yang mulai teras. Terlihat dari berbagai perseteruan yang kerap kali saksikan teradi diantara jamaah/kelompok, dari pada usaha nyata menuju persatuan. Sesama gerakan dakwah saling serang dan saling bnatah. Aktivitas yang menguras tenaga, membungkam potensi dan membendung arus kemajuan.

Kata-kata "kita" atau "ikhwan" sudah bukan lagi bermakna sya, anda yang muslimin dan saudara muslim yan glain namun sudah mengerucut pada sesaman member kelompok tertentu. Rasanya, baju golongna terlampau jauh menunjukkan rasa berbeda jauh melebihi primordialisme dan rasisme. Sampai-sampai , masjid tempat dimana seharusnya umat islam bersatu, ikut terbagi-bagi dalam kotak-kotak golongan. Ini masjidnya jamaah A, yang itu jamaah B. Janagan harap jamaah A dapat  mengadakan kegiatan di masjid jamaah B.

Dakwah yang dilakukan mulai bergeser arah dari menyampaikan kebenaran menjadi rekrutmen, menambah bahkan rebutan pengiku tdan simpatisan. Mengedaepankan identitas golongan sebagai tolok ukur keberhasilan dakwah daripada kualitas pribadi dan loyalitas kepada islam. Akibat yang lebih parah berupa teralihnya kesadaran bahwa umat ini memiliki musuh bersama. Musuh yang tidak pernah ridha dengan kita, umat Islam, dengan baju golongan apapun yang kita kenakan. Musuh yang akan tetap brdiri sebagai musuh, tak peduli apakah kita memilih jaan sufi atau wahabi. Soal siapa yang bakal lebih dulu dihadapi, itu hanyalah msalah waktu. Selama kromosom yang tertanam adalah Islam. bersiaplah untuk mendapat jatah gempuran. Itulah musuh dalam ayat 120, surat Al-Baqarah. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Umat yang awam pun sering dibuat bingung dengan perseteruan antar sudara ini . Benih-benih keengganan untuk mendengar seruan dakwah pun muncul seiring dengan keengganan mereka terbawa dalam perselisihan yang ada. Karenanya harus ada usaha penyatuan dengan mengikis runcing nya bilah perbedaan penyebab perseteruan . Kesatan umat dapat terwujud bila masing-masing memiliki kesadaran unutk memperioritaskan kesatuan dan lebih banyak mencari persamaan daripada perbedaan. Lalu, bersama-sama menegakkan dien dalam ikatan persatuan yang kokoh. Itu jika tujuan yang hendak dicapai adalah iqomatuddin secara sempurna dalam wujud kedaulatan sebuah negara. Karena untuk mencapainya dibutuhkan banyak potensi yang bisa diarahkan pada satu ujung tombak perjuangan. Tapi jika bukan   tujuan itu yang diharapkan, berarti mungkin sayalah yang telah salah mempersepsikan, Wallahua'lam.

3 komentar:

  1. pertama..... benar sahabat keaneka ragaman islam jangan dijadikan perpecahan

    wahay kawan muslim semuanya jangan mau di adu domba karena kita semuanya bukan domba aduan

    BalasHapus
  2. Amat bersetuju dengan apa yang saudara utarakan ini. Malangnya hari ini kesatuan sesama umah amat mendirgahayukan. Apatah lagi jika melibatkan badan-badan politik sesama Islam. Ada saja yang tak kena dan saling buruk memburukkan sesama sendiri. Semoga semuanya mahu sedar kecermelangan umah hanya akan tercapai jika kita semua bersatu dalam barisan yang teguh

    BalasHapus
  3. Kaum Islam jangan mau di adu domba dengan cara merapatkan barisan terutama bagi para pria melaksanakan shalat jamaah di masjid serta menuntut ilmu (Holaqoh)din islam dalam majelis ta'lim

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...